Saturday 8 April 2017

Arsitektur islam di Afrika Barat

tau kah anda dimna letak afrika?





Afrika adalah benua terbesar ketiga di dunia setelah Asia dan Amerika dan kedua terbanyak penduduknya setelah Asia. Dengan luas wilayah 30.224.050 km² termasuk pulau-pulau yang berdekatan, Afrika meliputi 20,3% dari seluruh total daratan Bumi. Dengan 800 juta penduduk di 54 negara, benua ini merupakan tempat bagi sepertujuh populasi dunia.




SEJARAH ARSITEKTUR ISLAM DI AFRIKA







Afrika adalah tempat bermacam-macam bangsa dan kebudayaan yang banyak sekali. Afrika adalah negeri dengan pertentangan yang sangat mencolok dan keindahan yang liar. Di sana juga terdapat banyak masalah termasuk perang, kelaparan, kemiskinan, dan masalah penyakit. Di Afrika terdapat gurun Sahara yang merupakan gurun pasir terbesar di dunia. Gurun itu terbentang mulai dari samudra Atlantik di barat hingga laut merah di sebelah timur. Sahara meliputi seperempat dari seluruh benua itu.
Realitas wilayah Afrika merupakan daerah yang berada dibawah kekuasaan kekaisaran Romawi, yaitu sebuah kekaisaran yang super power pada masa itu. Dalam sejarah peradaban dunia, bahwa kaisar-kaisar Romawi dikenal sebagai penguasa yang kejam, lalim dan berdarah penjajah. Namun pada kenyataannya, justru Islam dapat berkembang di Afrika dan populasi penduduk muslimnya mencapai 75 juta dari 500 juta jumlah populasi umat muslim seluruh dunia.

Di Afrika juga terdapat dinasti-dinasti yang ikut terlibat dan mewarnai Islamisasi di wilayah tersebut. Berkaitan dengan hal diatas, makalah ini membahas tentang bagaimana perjalanan penyebaran Islam di wilayah Afrika‎  (khususnya Afrika Utara dan Sub Sahara) sehingga Islam dapat diterima di wilayah yang telah dikuasai oleh penguasa-penguasa Romawi‎ tersebut dan dinasti apasaja yang telah berkuasa dalam sejarah perjalanan islam di afrika.
  



Islam masuk Afrika sama dengan sejarah agama Islam itu sendiri. Orang Afrika yang masuk Islam pertama yaitu Bilal bin Rabah seorang Habsyi, Etiopia yang menjadi izin Muazin dan sahabat kesayangan Nabi Muhammad SAW.Pada masa Nabi SAW, pertama kali ada kontak Islam dengan Afrika yaitu setelah beberapa sahabatnya hijrah ke Hasbsy dan mendapatkan perlakuan baik dari masyarakat maupun dari penguasa yaitu Raja Najjasyi atau Negus

Pada abad 1 H/7 M kehidupan sosial masyarakat Afrika Utara lebih merupakan kehidupan masyarakat Barbar yang bersifat kesukuan, nomad dan partiarkhi.Kemudian, Awal mula Islam masuk afrika adalah di bawah pimpinan Amr Bin Ash pada tahun 640 M pada saat menyerbu mesir yang di kuasai oleh kerajaan bizantium, Amru bin Ash memandang bahwa Mesir dilihat dari kacamata militer maupun perdagangan letaknya sangat strategis, tanahnya subur karena terdapat sungai Nil sebagai sumber makanan.

Maka dengan restu Khalifah Umar bin Khattab dia membebaskan Mesir dari kekuasaan Romawi pada tahun 19 H (640 M) hingga sekarang






MASJID - MASJID DI AFRIKA BARAT




Masjid Agung (Mesjid Djinguereber) Timbuktu (1330an/1569-71) 








“Timbuktu kini menjadi bagian dari legenda kejayaan umat Islam. Meninggalkan saksi mata para pengembara dan ulama dunia lewat sejarah dan peta. Hancur-lebur karena keserakahan imperialisme. Timbuktu selangkah lagi ‘tenggelam’, menunggu waktu saat pasir Sahara menyelimuti kota ini, selamanya”


Mendengar nama ‘timbuktu’ mungkin di antara kita ada yang merasa ‘asing’. Dimana kota tersebut? Ada apakah di sana? Namun, ada juga yang hanya mengetahui Timbuktu itu identik dengan ‘masjid tua’ yang terbuat dari tanah liat semata. Tak lebih dari itu. Sekarang, tak banyak yang bisa diceritakan dari kota yang tandus dan gersang di Afrika itu.







Dunia saat ini mungkin hanya mengetahui keberadaan kota itu dari sebuah bangunan masjid antik yang menjadi cagar budaya dunia, yaitu Masjid Djinguereber. Masjid terbesar di Timbuktu ini sangat unik karena dibangun dengan menggunakan material tanah lumpur.
Dengan arsitektur khas lokal dan warna alamiah coklat lumpur, masjid ini dibangun pada masa kejayaan Timbuktu.

Sejatinya kota tua Timbuktu yang terletak di Mali, Afrika Barat, ini merupakan ’rumah’ bagi Koranic Sankore University dan hampir terdapat 200-an madrasah. 
Kota Timbuktu yang berada di Gurun Sahara ini sempat menjadi pusat penyebaran Islam di Afrika pada abad ke-15 dan 16. Dulu terdapat tiga buah masjid besar yaitu Masjid Djinguereber, Sankore dan Sidi Yahia. Ketiganya menandai kejayaan Islam pada masa itu. 

Masjid Djinguereber dan Sankore dibangun pada masa pemerintahan Sultan Kankan Moussa pada awal abad ke-14. Masjid Sidi Yahia dibangun pada tahun 1400.
Islam berkembang di Mali (Afrika Barat) berawal dari masa Khalifah Umar bin Khaththab ra., sewaktu Amru bin Ash memohon kepada Khalifah untuk memperluas penyebaran Islam ke Mesir. 

Dengan restu Khalifah Umar ra. dia membebaskan Mesir dari kekuasaan Romawi pada tahun 19 H (640 M) hingga sekarang. Dari Mesir, penyebaran Islam selanjutnya dipimpin oleh Abdullah Ibn Saad ke Tunisia dari tahun 647-648 M,3 dan kemudian di lanjutkan oleh jenderal Muslim Uqba Ibn Nafi pada tahun 670 M, 2 tahun setelahnya (672 M). Uqbah Ibn Nafi mendirikan Kota Qairawan/Kairouan di Tunisia.



Usaha penaklukkan Afrika Utara dilanjutkan oleh Zuheir. Dari Afrika Utara ini, Islam masuk ke Afrika Barat pada abad IX. Islam dibawa oleh Muslim Berber dan Tuareg yang sebagian besar merupakan pedagang. Para sufi juga berperan dalam penyebaran agama Islam di daerah tersebut. Pada awal-awal masuknya Islam di kawasan sebelah barat Afrika itu, Kota Timbuktu, Gao dan Kano dijadikan sebagai pusat pengajaran Islam.

Pada abad ke-12 M Timbuktu telah menjelma sebagai salah satu kota pusat ilmu pengetahuan dan peradaban Islam yang termasyhur. Di era kejayaan Islam, Timbuktu juga sempat menjadi sentra perdagangan terkemuka di dunia. Rakyat Timbuktu pun hidup sejahtera dan makmur.
Sejarahwan abad XVI, Leo Africanus, menggambarkan kejayaan Timbuktu dalam buku yang dia tulis. “Begitu banyak hakim, doktor dan ulama di sini (Timbuktu). Semua menerima gaji yang sangat memuaskan dari Raja Askia Muhammad, penguasa negeri Songhay. Raja pun menaruh hormat kepada rakyatnya yang giat belajar,” tutur Africanus.

Pada era keemasan Islam, ilmu pengetahuan dan peradaban tumbuh sangat pesat di Timbuktu. Rakyat di daerah itu begitu gemar membaca buku. Menurut Africanus, permintaan buku di Timbuktu sangat tinggi. Setiap orang berlomba membeli dan mengoleksi buku. Akibatnya, perdagangan buku di kota itu menjanjikan keuntungan yang lebih besar dibanding lainnya.

Di Timbuktu masjid dan perpustakaan tidak saling berdiri sendiri. Masjid dikenal sebagai pusat untuk mencari ilmu sehingga perpustakaan pun menjadi bagian dari masjid. Perpustakaan Sankore memiliki 700 volume buku yang tertulis dalam bahasa Arab dan di kopi dengan tulisan tangan. Para pelajar berlomba-lomba mengkopi buku-buku yang mereka perlukan untuk belajar.
Al-Wazan, seorang pengembara muslim terkenal abad 16, mencatat bahwa saat itu di Timbuktu, buku merupakan barang yang paling laris dibeli dibandingkan dengan barang lain. Mendekati abad ke-19, Felix Dubois menjelaskan posisi Timbuktu yang strategis sebagai pusat perjalanan jamaah haji ke Makkah menyebabkan tersedianya banyak buku-buku. 

Sejak abad ke-11 M, Timbuktu mulai menjadi pelabuhan penting tempat beragam barang dari Afrika Barat dan Afrika Utara diperdagangkan. Pada era itu, garam merupakan produk yang amat bernilai. Kemakmuran kota itu menarik perhatian para sarjana kulit hitam, pedagang kulit hitam dan saudagar Arab dari Afrika Utara.

Garam, buku dan emas menjadi tiga komoditas unggulan yang begitu tinggi angka permintaannya pada era itu. Bahkan menurut hasil catatan perjalanan dalam episode in to Africa, wartawan BBC Henry Louis Gates Jr. menggambarkan pada masa kejayaan Timbuktu, hasil emas yang melimpah menyebabkan penduduk Timbuktu menukar se-ons emas dengan garam!

Timbuktu pun mulai menjelma menjadi pusat pembelajaran Islam serta sentra perdagangan. Pada abad ke-12 M, Timbuktu telah memiliki 3 universitas serta 180 sekolah al-Quran. Ketiga universitas Islam yang sudah berdiri di wilayah itu antara lain Sankore University, Jingaray Ber University dan Sidi Yahya University. Inilah masa keemasan peradaban Islam di Afrika.

Pada tahun 1325 M, Timbuktu mulai dikuasai Kaisar Mali, Masa Mussa (1307-1332). Raja Mali yang terkenal dengan sebutan Kan Kan Mussa itu begitu terkesan dengan warisan Islam di Timbuktu. Sepulang menunaikan haji, Sultan Mussa membawa seorang arsitek terkemuka asal Mesir bernama Abu Es Haq Es Saheli. Sultan menggaji arsitek itu dengan 200 kg emas untuk membangun Masjid Jingaray Ber – Masjid untuk shalat jumat. Sultan Musa juga membangun istana kerajaanya atau Madugu di Timbuktu. 

Pada masa kekuasaannya, Musa juga membangun masjid di Djenne dan masjid agung di Gao (1324-1325) M yang kini hanya tersisa fondasinya saja. Kerajaan Mali mulai terkenal di seluruh dunia. Sebagai penguasa yang besar dia membawa 60 ribu pegawai dalam perjalanan menuju Makkah. Hebatnya setiap pegawai membawa tiga kg emas. Hal ini menjadikan Timbuktu dan Mali mulai masuk peta pada abad ke-14 M.




Masjid Sankore (Antara abad 14 – 15) di Timbuktu 





Nama Sankore berarti "putih bangsawan", istilah 'putih' di sini mengacu pada berkulit terang Sanhaja Berber . Sankore dibangun di bawah kepemimpinan Sanhaja Berber, antara 1325 dan 1433. Akhirnya Oratorium dari Sidi yahya atau masjid Mohamed Naddah dibangun pada awal abad ke-15.



Timbuktu telah lama tujuan atau berhenti untuk pedagang dari Timur Tengah dan Afrika Utara . Itu tidak lama sebelum ide-ide serta barang dagangan mulai melewati kota dongeng. Karena kebanyakan jika tidak semua pedagang ini adalah Muslim , masjid akan melihat pengunjung terus-menerus. Candi akumulasi kekayaan buku-buku dari seluruh dunia Muslim menjadi tidak hanya sebuah pusat ibadah tetapi pusat belajar. Buku menjadi lebih berharga dibandingkan komoditas lainnya di kota, dan perpustakaan pribadi bertunas di rumah-rumah ulama lokal.

  






Ini adalah salah satu dari dua masjid bersejarah di Timbuktu, Mali. Masjid ini dibangun pada awal abad ke-14 di akhir kejayaan Kekaisaran Mali. Meski demikian, bangunan tertua yang masih ada hingga kini dibuat pada 1581. Adalah kepala hakim di Timbuktu, yakni Al-Qadi Aqib ibnu Muhammad ibnu Umar, yang pertama kali memerintahkan
pembangunan Masjid Sankore.


Secara arsitektur bangunan masjid ini tergolong unik dan luar biasa, terutama mihrab besarnya yang berbentuk piramida. Keunikan itulah yang membuat Masjid Sankore terkenal di seluruh dunia. Ensiklopedi Seni dan Arsitektur Islam menyebut, masjid ini juga meniru Masjidil Haram, Makkah. Hal ini tampak dari keberadaan halaman yang nyaman di bagian dalam.






Masjid-Makam Askia al – Hajj Muhammad (pertengahan abad 16) di gao





Pernah menjadi pusat perdagangan, kebudayaan, dan penyebaran islam di Mali, terletak 400an kilometer di sebelah timur Timbuktu. Makam Askia Al-hajj Muhammad salah seorang dari imperium Songhai memerintah dari 1493-1528. 


Dibanding dengan mesjid dibahas sebelum ini, tata-ruang mesjid-makam Askia al-hajj Muhammad lebih terlihat mendapat pengaruh dari luar dengan bentuk hypostyle, simetris, haram melebar ke arah tegak lurus kiblat seperti banyak mesjid telah dibahas di depan. Dinding-mihrab lebih tebal dari dinding lateral. Sahn dari mesjid percorak hypostyle ini tidak terbentuk oleh portico, melainkan oleh dinding keliling.


Minaret yang ada saat ini hanya tiga tingkat, tingginya sekitar 11 m, pada 1854 tercatat tujuh tingkat tingginya antara 18 hingga 20 m 







Mesjid Agung Djenne (abad 14-15)





Kota Djenne juga di Mali, terletak sekitar 500 km di selatan Timbuktu, di tepian Sungai Bani hulu sungai Niger.
Kompleks mesjid berbentuk hypostyle lengkap dengan sahn dikelilingi iwan, berada pada suatu plataran agak tinggi (platform). 
Bentuk platform segi empat tidak teratur, untuk naik dari masing-masing sisi ada tangga, bahkan yang di sebelah barat dan utara ada dua. Meskipun segi empat, namu sisi utama iwan lateral tidak sejajar, sehingga lebih tepat di sebut jajar genjang. 


Di dalam haram dipenuhi dengan kolom yang karena lebarnya dapat pula disebut sebagai dinding. Pengaruh dari luar terlihat dari adanya susunan kolom dan dinding membentuk deretandalam hal ini sepuluh deret.


Jika sebagian besar bangunan masjid dibangun dari batu bata dan lapisan semen bahkan beton, lain halnya dengan Masjid Agung Djenne yang berada di kota Djenne, Mali ini.
Masjid yang memiliki tiga menara setinggi 11 meter ini, ternyata terbuat dari lumpur. Meski demikian, konstruksi bangunan masjid nan megah tersebut, sudah bertahan sejak terakhir direnovasi total pada tahun 1906 silam.


 
Dikutip dari website Masjid Agung Djenne, masjid ini pernah dihancurkan pada tahun 1818 oleh Suku Fulani yang menilai bahwa bangunan masjid ini terlalu megah. Nyaris setengah konstruksi masjid hancur. Sementara separuhnya masih bertahan hingga sekarang.

Kemudian, masjid yang berciri khas arsitektur Sudah Sahelian ini direnovasi total pada tahun 1906.
Renovasi tersebut membutuhkan waktu hingga tiga tahun. Namun hasilnya sangat memuaskan. Masjid berdiri kokoh nan megah dengan ciri khas arsitektur yang masih dipertahankan.
Maka wajar saja jika kemudian UNESCO memasukan masjid yang berdiri diatas lahan seluas 75 x 75 meter ini sebagai salah satu situs warisan dunia.

Adapun dinding bangunan masjid ini terbuat dari batu lumpur yang dilapisi tanah liat.
Ketebalan dindingnya bervariasi tergantung pada ketinggian dinding, namun pada umumnya mencapai 40 cm hingga 60 cm sehingga cukup kokoh untuk menahan struktur bangunan.
Sementara untuk meminimalisir dampak kerusakan akibat perubahan suhu dan lingkungan, bagian dinding juga diperkuat dengan kayu dari pohon kelapa.








Masjid Agung Mopti (1935) 










Kolom-kolom pada mesjid di dalam haram, tidak lagi berbentuk lebar seperti dinding, namun penampangnya bujur sangkar. Deretan kolom, dingding-mihrab dan dinding depan membentuk empat lajur ke arah tegak lurus kiblat dan delapan baris dengan dinding lateral ke arah kiblat. Secara keseluruhan lebar dibanding tinggi bentuk mesjid lebih terkesan menjulang ke atas, diperkuat dengan minaret tinggi di kiri-kanan depan.







Terimakasih sudah membaca artikel ini, semoga bermanfaat untuk anda :)

1 comment:

  1. Nice post. Good Quality
    Artikelmu sangat bermanfaat. Aku suka!
    Raratravel & Tour.
    Melayani: Travel Jember Surabaya Juanda.
    Adapun Paket Wisata dan Ziarah Wali 5.

    ReplyDelete